28 Tahun Jualan Kacang Rebus, Pasangan Ini Masih Tinggal di Rumah Bocor

Nurhayati dan suaminya Ismail Hasan sudah 28 tahun jualan kacang rebus di kawasan kota Idi, Aceh Timur, foto direkam, Sabtu (9/1/2021) malam. Foro METROPESAWAT.ID,

METROPESAWAT,ID | Aceh Timur – Ini adalah sebuah kisah yang dialami pasangan suami istri, Sulaiman Hasan (53) dan istrinya, Nur Hayati (50) warga Lorong Amiruddin, Gampong Tanoh Anou, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur.

Saat ditemui Metropesawat.id, Nur Hayati dan suaminya, Sabtu (9/1/2021) malam mereka sedang berjualan kacang dan jagung rebus menggunakan gerobak becak motor di beram jalan nasional, tepatnya di jalan nasional Banda Aceh-Medan, simpang tiga Kuala Idi, depan Masjid Agung Darussalihin, Idi Rayeuk, Aceh Timur.

“Beli kacang 5 ribu buk, dan jagung dua buah,” pinta seorang pembeli.

Dengan cepat, buk Nurhayati membungkusnya.

Ya, seperti inilah usaha yang setiap hari sudah 28 tahun dijalankan oleh buk Nurhayati bersama suaminya Sulaiman Hasan.

“Kami jualan kacang rebus sudah 28 tahun sejak tahun 1993,” ungkap Hasan yang setia menemani istrinya menunggu pembeli di tepi jalan nasional tersebut.

Rezeki dari jualan kacang rebus ini, kata Sulaiman, pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari untuk menghidupi empat orang anaknya.

“Pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari. Kadang-kadang rezeki dapat 700 ribu, kadang-kadang 500 ribu,” ungkap Hasan.

Meski bertahun-tahun berjualan kacang dan jagung rebus, tapi hingga saat ini Nurhayati dan Pak Hasan belum memiliki modal usaha sendiri untuk menjalankan bisnisnya.

“Kacang mentahnya, kami beli dari petani asal Peunaron dengan harga Rp 12 ribu per kg. Sekali diantar 150 kg, tapi kami utang dulu, setelah habis terjual baru kami bayar,” ungkap Nur Hayati.

“Sedangkan jagung kami beli di pasar Rp 5 ribu per kg. Kami jual dua buah Rp 5 ribu,” tukas Nur Hayati.

Setiap hari mulai pukul 17.00 WIB, Nur Hayati, bersama suaminya menggunakan becak motor berjualan kacang dan jagung rebus di seputaran kota Idi.

“Kami mulai jualan pukul 17.00 WIB, sampai pukul 24.00 WIB,” ungkap Hasan.

Meski 28 tahun berjualan, ungkap Hasan, hingga saat ini ia belum belum mampu membangun rumah.

“Tidak ada yang berlebihan hasil dari jual kacang rebus ini. Bahkan rumah saya saja sudah bocor-bocor belum mampu saya perbaiki,” ungkap Hasan.

Saat ditanya apakah ia berharap dibantu oleh pemerintah. Dengan optimis ia jawab tidak.

“Tidak ada harapan apapun,” tutup Hasan, yang konsisten tetap menjalankan usahanya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *