
Metropesawat.id, Aceh Timur – Alhamdulillah, akhirnya, Anwar alias Wan Jawiw mantan gerilyawan GAM yang dianggap telah meninggal dunia sejak Aceh masih dilanda konflik sejak 2003 silam, kini telah berkumpul kembali dengan keluarganya.
Kamis (27/5/2021) siang pukul 14.00 WIB, ia tiba di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, lalu dijemput langsung tim Al-Farlaki Quick Respon (T-AQR).
Setiba di Aceh Timur, ia sempat dijamu makan di salah satu rumah makan di Peureulak, kemudian Wan Jawiw, beserta istri Nois Rosiana, dan anak bungsunya Tgk Ramadhan, langsung diantar oleh Anggota DPRA Iskandar Usman Al-Farlaky, dan rombongan ke kediamannya di Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur.
Setiba di Paya Dua, Kamis (27/5/2021) malam pukul 23.30 WIB, Anwar langsung disambut oleh tokoh masyarakat desa setempat, dan pihak keluarga.
Setelah turun dari mobil Anwar langsung dirangkul oleh tokoh masyarakat setempat, Abdullah dan Zakaria, disaksikan Keuchik Ibrahim, dan masyarakat setempat.
Kemudian setelah masuk ke dalam rumah ia langsung disambut isak tangis keluarga. Setelah bersalaman kemudian, Anwar dan istri beserta anak dipeusijuk oleh sang nenek Salamah yang sudah menanti kepulangan Wan Jawiw dan keluarga.
“Kami tak menduga dia masih hidup. Kami pikir dia (Anwar) sudah meninggal dunia, tapi begitu kami terima surat yang dia kirim, langsung kami telepon, dan Alhamdulillah kini dia sudah kembali dan berkumpul dengan kami,” ungka Nur Baiti Mak bit Anwar kepada metropesawat.id.
Anggota DPRA Iskandar Usman Al-Farlaki, mengatakan pemulangan Wan Jawiw ke Aceh hingga dapat berkumpul kembali dengan keluarganya berkat doa keluarga, serta kerjakeras pihak keluarga dengan KPA Sagoe Peudawa, dan dirinya.
Cerita awal diketahuinya keberadaan Anwar di pulau Jawa, ungkap Iskandar, berawal sebelum puasa Ramadhan lalu, ungkap Iskandar, pihak keluarga menerima kiriman sepucuk surat dari seorang sopir truk.
Ternyata surat itu, dari Anwar alias Wan Jawiw, yang mengabarkan bahwa ia masih hidup dan selama ini berada di Jakarta, sudah berkeluarga dan memiliki 3 anak.
Surat yang berisi foto dan no hpnya itu, diperlihatkan keluarga kepada rekan-rekan mantan gerilyawan GAM lainnya, sehingga rekan-rekan sesama mantan GAM sangat terkejut mengetahui Anwar masih hidup dan berada di Jakarta.
Kemudian para KPA Sagoe Peudawa meminta bantuan Iskandar Usman Al-Farlaki untuk proses pemulangannya.
“Alhamdulillah setelah 18 tahun lamanya dinyatakan hilang sejak Aceh masih dilanda konflik 2003 silam. Kini Bg Wan Jawiw, sudah kembali dan dapat berkumpul dengan keluarganya.Alhamdulillah ini berkat doa keluarga, dan kerjakeras rekan-rekan KPA Sagoe Sweden Peudawa, yang mengabarkan kepada kami, hingga kita bantu proses pemulangannya dari pulau Jawa,” ungkap Iskandar.
Lanjut Iskandar, setiba di Bandara Kualanamu, Kamis kemarin, Anwar langsung dijemput tim yang diutusnya dan setiba di Aceh Timur langsung diantarkan kepada pihak keluarga.
Menurut Iskandar, berdasarkan cerita dari Wan Jawiw, jelasnya, Wan Jawiw ditangkap Marinir sekitar tahun 2003.
Saat itu, satuan Marinir melakukan penyerangan kamp Gerilyawan GAM di daerah Teupin Kruet, Desa Beusa Baroeh, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur.
Saat itu Anwar setelah meletakkan senjata di kamp, dia naik sepeda. Tiba-tiba diberondong Marinir, dan lompat ke sungai.
Lalu dia ditangkap ditahan di Pos Marinir Kota Langsa.Setelah peristiwa itu, ungkap Iskandar, Wan Jawiw, dianggap telah meninggal dunia, di kalangan GAM pun dia dianggap telah syahid.
Tapi ternyata setalah 18 tahun berlalu dia muncul kembali dan mengabarkan keberadaannya di pulau Jawa.
Ternyata, jelas Iskandar, saat itu dia ditangkap Marinir, dan ditahan di Pos Marinir di Langsa saat itu, disamping mengalami siksaan di dalam penjara, saat itu setiap Marinir operasi dalam wilayah Aceh Timur, dia juga selalu dibawa operasi.
Hingga akhirnya Marinir tersebut habis masa tugas di Aceh dan ditarik ke Jawa. Saat itu, Anwar juga dibawa melalui jalan darat dan ditahan di Pos Marinir Cilandak.
Pengakuan Wan Jawiw
Wan Jawiw mengaku tidak sepenuhnya ia mengingat kejadian yang menimpannya tahun 2003 silam. Diakuinya, yang dia ingat waktu itu, sekitar 2003 ia diambil dari Sungai Peureulak, lalu dipukuli oleh aparat yang menangkapnya hingga ia tak sadarkan diri.
“Saya sadar setelah disiram air. Saat terjaga saya sudah berada di Langsa, kemudian saya dipukuli lagi, setiap hari seperti itu. Lalu, setiap operasi saya dibawa bersama mereka,” ungkap Anwar.
Tak lama kemudian, ungkap Anwar, pasukan Marinir tersebut ditarik dari Aceh karena habis masa tugas. Lalu iapun dibawa ke Pulau Jawa menggunakan mobil melalui jalur darat.
Hingga akhirnya, akhir tahun 2006, ungkap Anwar, ia dibebaskan. Kemudian, tahun 2007 ia menikah dengan istrinya, Nois Rosiana, yang merupakan pedagang di kantin dalam kompleks pos Marinir.
Sejak itu ia tinggal bersama istrinya di Banten. Dan tak lama kemudian hijrah ke Bogor dengan profesi berjualan rujak.
Kini ia sudah memiliki tiga anak. Anak pertamanya, Tgk Muhammad Yusuf (13), anak kedua almarhum, dan anak bungsunya yang ia mereka bawa ke Aceh saat ini, Tgk Ramadhan.
Ditanya kenapa setelah 18 tahun baru mengirimkan surat ke Aceh. Anwar, mengaku pasca bebas tahun 2006, ia tak tahu kondisi Aceh.
Meski ia sangat rindu kampung halaman tapi ia tak tahu mau bertanya kepada siapa. Apalagi saat itu, ia belum fasih berbahasa Indonesia.
Hingga akhirnya, ungkap Anwar, ia meminta istrinya untuk mengirimkan surat ke Aceh melalui kantor Pos untuk mengabarkan keberadaannya saat ini berada di pulau Jawa.
“Saya tidak tahu mau tanyak ke siapa kabar di Aceh. Akhirnya, saya minta tolong istri untuk kirim surat ke Aceh melalui kantor Pos, dari tiga kali kami kirim, hanya sekali yang sampai,” ungkap Anwar, seraya menyebutkan surat tersebut, ditulis oleh istrinya karena ia tak mampu menulis.
Kini, Wan Jawiw, mengaku sangat bahagia bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Pun demikian, pulang atau tidak ke pulau Jawa lagi hal itu tergantung istrinya.
Pahlawan Masyarakat
Panglima KPA Sagoe Sweden Peudawa, Aceh Timur, Zakaria Usman, membenarkan bahwa Anwar alias Wan Jawiw, adalah gerilyawan GAM Sagoe Sweden, yang merupakan sama-sama TNA saat usia mereka masih 18-20 tahun.
“Bagi kami dia (Wan Jawiw) pahlawan masyarakat. Dulu kami pernah satu group dalam perperangan di kamp Sweden Peudawa. Dulu kami sama-sama di TNA, waktu usia kami usia 18-20 tahun,” ungkap Zakaria Usman.
“Dia (Wan Jawiw) teman kami dalam satu perjuangan dulu. Alhamdulillah kini beliau sudah kembali berkumpul dengan keluarga, kami menyambutnya dengan penuh senang hati,” ungkap Zakaria.
Memang selama ini, ungkap Zakaria, dalam data Anggota KPA Sagoe Sweden, Wan Jawiw dianggap telah tiada dan dianggap telah syahid. (red)