China secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dalam upaya mencapai kesepakatan damai dengan Rusia guna mengakhiri konflik berkepanjangan di Ukraina. Pernyataan dukungan ini disampaikan dalam pertemuan G20 yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi, dengan tegas menyampaikan kepada para menteri luar negeri G20 pada Kamis (20/2/2025), bahwa “China mendukung semua upaya yang mendukung perdamaian (di Ukraina), termasuk konsensus terkini yang dicapai antara Amerika Serikat dan Rusia.”
Lebih lanjut, Wang Yi menekankan kesiapan negaranya untuk terus berperan aktif dalam menyelesaikan konflik tersebut melalui jalur politik. “China bersedia untuk terus memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis ini,” tambahnya, memperjelas komitmen China dalam menjaga stabilitas kawasan.
Perubahan Sikap dalam Pendekatan Diplomatik
Dalam pernyataannya kali ini, Wang Yi tidak mengulang pandangan yang sebelumnya ia sampaikan di Konferensi Keamanan Munich. Pada kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya partisipasi semua pihak terkait dalam proses perundingan perdamaian untuk konflik Rusia-Ukraina.
Sementara itu, hubungan bilateral antara China dan Rusia terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Wang Yi menyatakan bahwa hubungan kedua negara “bergerak menuju tingkat yang lebih tinggi dan dimensi yang lebih luas” setelah bertemu dengan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, di sela-sela pertemuan G20. Lavrov juga mengungkapkan bahwa pertemuan lanjutan antara keduanya akan segera berlangsung di Moskow.
Kebijakan Baru Trump dalam Konflik Ukraina
Kurang dari sebulan setelah dilantik sebagai Presiden AS, Donald Trump mengambil langkah yang cukup berbeda dalam menangani konflik di Ukraina. Ia menghentikan kebijakan isolasi terhadap Moskow dan mulai membangun komunikasi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, melalui panggilan telepon serta pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Rusia. Pendekatan ini tidak lagi menempatkan Ukraina sebagai pusat dalam pembicaraan antara kedua negara adidaya tersebut.
Namun, langkah kontroversial Trump muncul pada Rabu ketika ia menyebut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, sebagai “diktator”, yang segera memicu reaksi dari anggota G20 lainnya seperti Australia, Jerman, dan Inggris yang menyatakan dukungan mereka kepada Zelensky.
Upaya Diplomatik Berlanjut
Pada Selasa sebelumnya, pemerintah Trump mengumumkan kesediaannya untuk mengadakan lebih banyak pertemuan dengan Rusia guna menyelesaikan konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun. Pengumuman ini disampaikan setelah pertemuan intens selama 4,5 jam di Arab Saudi.
Rusia merespons pertemuan tersebut dengan positif, meskipun mereka mempertegas beberapa tuntutan, termasuk penolakannya terhadap kemungkinan keanggotaan Ukraina di aliansi NATO. Posisi tegas ini menandakan bahwa jalan menuju perdamaian di Ukraina masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks.
Dengan dukungan China yang semakin jelas, peta politik dalam upaya menyelesaikan konflik di Ukraina mengalami pergeseran signifikan. Dunia kini menantikan perkembangan selanjutnya dalam dinamika diplomatik antara AS, Rusia, China, dan Ukraina.