Harga emas (XAU/USD) kembali mendekati puncak tertinggi sepanjang masa setelah sebelumnya mencapai rekor baru pada Kamis (20/2/2025). Pergerakan harga ini didorong oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang memberi sinyal adanya kemungkinan kesepakatan perdagangan dengan China. Di sisi lain, ketegangan geopolitik meningkat setelah Trump mengungkapkan bahwa Ukraina telah memulai konflik dengan Rusia dan menyebut bahwa sudah waktunya bagi Ukraina untuk melunasi bantuan dana dari AS. Situasi ini memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian global.
Analisis Teknikal: Tren Bullish yang Kuat
Secara teknikal, harga emas menunjukkan potensi tren bullish yang kuat. Analis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menyatakan bahwa pola candlestick dan indikator moving average memperlihatkan penguatan tren naik pada emas.
“Saat ini, harga emas memiliki potensi untuk melanjutkan kenaikan hingga mencapai level US$ 2.954. Namun, jika terjadi pergerakan reversal, maka harga dapat terkoreksi turun dengan target terdekat di US$ 2.924. Prospek bullish ini tetap kuat seiring dengan meningkatnya permintaan emas di tengah ketidakpastian global,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (21/2/2025).
Sikap hawkish The Fed menjadi salah satu faktor yang dapat membatasi kenaikan harga emas. Meskipun demikian, kondisi overbought yang ringan membuat logam mulia ini mengalami koreksi pada Jumat (21/2/2025) hingga menyentuh level US$ 2.928. Selain itu, pernyataan Trump mengenai rencana penerapan tarif baru pada sejumlah produk memperburuk ketegangan perdagangan, yang berpotensi meningkatkan minat terhadap emas sebagai lindung nilai dari ketidakpastian ekonomi.
Dolar AS dan Kebijakan The Fed
Dolar AS mengalami kesulitan mempertahankan penguatan moderat dalam dua hari terakhir akibat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Hal ini memberikan dorongan tambahan bagi emas, yang sering dianggap sebagai alternatif investasi ketika dolar melemah.
Risalah rapat kebijakan FOMC terbaru menunjukkan bahwa para pejabat The Fed masih menghadapi ketidakpastian tinggi terkait arah kebijakan moneter ke depan. Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menegaskan bahwa meskipun inflasi mulai mereda, suku bunga masih perlu dievaluasi dengan hati-hati.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga menekankan bahwa meski inflasi menunjukkan penurunan, tingkatnya masih relatif tinggi. Oleh karena itu, penurunan suku bunga baru akan dipertimbangkan jika inflasi menunjukkan tren penurunan yang stabil. Namun, pernyataan ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan dolar AS maupun harga emas.
Faktor Ekonomi dan Prospek Emas
Selain faktor geopolitik dan kebijakan moneter, pergerakan harga emas juga dipengaruhi oleh data ekonomi AS, seperti Klaim Tunjangan Pengangguran dan Indeks Manufaktur The Fed Philadelphia yang akan dirilis dalam waktu dekat. Data ini dapat memberikan dampak pada pergerakan dolar AS dan pasangan XAU/USD. Pasar juga akan memantau data IMP global pendahuluan yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi global dan dampaknya terhadap permintaan emas.
Secara keseluruhan, emas tetap berada dalam tren bullish yang kuat, terutama jika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terus berlanjut. Namun, investor perlu waspada terhadap kemungkinan koreksi jika terdapat sentimen positif dari kebijakan moneter The Fed atau rilis data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan.
Kesimpulan
Harga emas saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari ketegangan geopolitik, kebijakan perdagangan AS, hingga dinamika pasar keuangan global. Dengan situasi yang terus berkembang, investor disarankan untuk memantau berita terbaru dan analisis teknikal guna mengambil keputusan investasi yang tepat.
Artikel ini disusun dengan menggunakan sinonim, perumpamaan, dan penjabaran makna untuk menjaga keaslian dan orisinalitas konten.