Tekanan darah tinggi atau hipertensi seringkali menjadi masalah kesehatan yang dihadapi banyak orang. Namun, ada jenis hipertensi yang lebih kompleks dan memerlukan perhatian lebih, yaitu hipertensi resisten. Meski terdengar mirip dengan hipertensi biasa, hipertensi resisten memiliki ciri khas yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Hipertensi Resisten?
Hipertensi resisten merupakan kondisi di mana tekanan darah seseorang tetap tinggi, meskipun telah menjalani pengobatan secara rutin. Tekanan darah ini biasanya berada di angka 140/90 mmHg atau lebih. Penyakit ini merupakan bentuk hipertensi yang sulit dikendalikan dengan pengobatan standar. Menurut Cleveland Clinic, seseorang didiagnosis menderita hipertensi resisten apabila tekanan darah mereka tetap tinggi setelah enam bulan pengobatan yang tidak membuahkan hasil.
Penyebab Hipertensi Resisten
Banyak faktor yang bisa berperan dalam timbulnya hipertensi resisten, yang sebagian besar berhubungan dengan gaya hidup. Beberapa faktor penyebab antara lain:
- Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 25: Obesitas menjadi salah satu faktor pemicu utama dalam meningkatkan tekanan darah.
- Kurangnya aktivitas fisik: Gaya hidup sedentari atau kurang gerak membuat tubuh lebih rentan terhadap peningkatan tekanan darah.
- Konsumsi makanan tinggi garam: Terlalu banyak garam dapat menyebabkan tubuh menahan cairan, yang akhirnya meningkatkan tekanan darah.
- Konsumsi alkohol berlebihan: Alkohol dalam jumlah banyak dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Penggunaan obat-obatan tertentu: Beberapa obat, seperti obat pereda nyeri (NSAID), kontrasepsi oral, serta suplemen herbal, dapat berkontribusi terhadap masalah tekanan darah tinggi yang sulit diatasi.
Penyebab Sekunder Hipertensi Resisten
Selain faktor gaya hidup, beberapa kondisi medis tertentu juga dapat memperburuk hipertensi resisten. Ini termasuk:
- Hiperaldosteronisme primer: Gangguan pada kelenjar adrenal yang memproduksi terlalu banyak hormon.
- Stenosis arteri renalis: Penyempitan pembuluh darah yang menuju ginjal, mengganggu fungsi ginjal dan meningkatkan tekanan darah.
- Penyakit ginjal kronis: Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan pengaturan tekanan darah terganggu.
- Sleep apnea: Gangguan tidur yang menyebabkan kesulitan bernapas saat tidur ini turut berkontribusi pada masalah hipertensi.
- Feokromositoma: Tumor pada kelenjar adrenal yang memengaruhi produksi hormon, meski ini jarang terjadi.
Faktor Risiko Hipertensi Resisten
Seseorang lebih rentan mengalami hipertensi resisten jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti:
- Penyakit ginjal kronis: Fungsi ginjal yang terganggu membuat pengaturan cairan tubuh menjadi tidak efisien, berakibat pada peningkatan tekanan darah.
- Diabetes: Penderita diabetes seringkali juga mengalami hipertensi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipertensi resisten.
- Jenis kelamin: Wanita lebih cenderung mengidap hipertensi resisten, meskipun kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja.
Gejala Hipertensi Resisten
Salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi hipertensi resisten adalah bahwa banyak penderitanya tidak merasakan gejala yang jelas. Sering kali, seseorang tidak menyadari mereka menderita hipertensi hingga kondisi ini berkembang menjadi masalah serius. Meskipun demikian, beberapa orang mungkin mengeluhkan gejala seperti:
- Sakit kepala: Salah satu keluhan yang sering dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi.
- Tekanan di dada: Sensasi sesak atau berat di dada yang bisa menjadi tanda adanya masalah dengan pembuluh darah.
- Sesak napas: Kondisi ini bisa menjadi tanda bahwa jantung atau paru-paru mengalami gangguan akibat tekanan darah yang tidak terkendali.
Namun, gejala-gejala tersebut tidak selalu muncul secara jelas, dan seringkali muncul saat hipertensi sudah berada pada tingkat yang lebih parah. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tekanan darah secara rutin, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.
Penanganan dan Pencegahan
Hipertensi resisten bisa sangat berbahaya jika dibiarkan tanpa pengelolaan yang tepat. Dr. Faris Basalamah, spesialis jantung dan pembuluh darah, menjelaskan bahwa hipertensi resisten bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada orang dengan tekanan darah yang sulit dikendalikan meski telah mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah maksimal.
Kondisi ini, jika tidak ditangani dengan serius, dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan, seperti serangan jantung, stroke, atau gangguan ginjal. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol tekanan darah dengan bantuan profesional medis dan mengikuti anjuran pengobatan serta perubahan gaya hidup yang dianjurkan.
Meskipun mengatur tekanan darah tinggi tidak semudah menghitung angka, penanganan hipertensi resisten membutuhkan kesabaran dan disiplin tinggi, baik dari sisi pengobatan maupun perubahan gaya hidup. Ini adalah perjuangan jangka panjang untuk menjaga kualitas hidup dan mencegah komplikasi serius.