Ketika Pasar Tidak Stabil, Instrumen Aman Jadi Incaran Investor

Yono

Pada hari Senin (03/02/2025), pasar keuangan domestik di Indonesia menghadapi tekanan hebat, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas, nilai tukar rupiah terkoreksi, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang semakin ditinggalkan oleh investor. Sebuah koreksi besar terjadi, seiring dengan dampak dari kebijakan internasional yang mengiringi perdagangan hari itu.

IHSG Tersungkur, Dolar AS Menekan Rupiah

IHSG pada penutupan perdagangan hari tersebut tercatat merosot tajam 1,11% ke level 7.030,06. Indeks bahkan sempat mengalami penurunan lebih dari 2% hingga mencapai level psikologis 6.900, sebelum akhirnya sedikit mengurangi kerugian. Meskipun ada sedikit pemulihan di sesi akhir, IHSG tetap berada di zona merah. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp11,69 triliun, dengan hampir 15 miliar saham berpindah tangan.

Investor asing turut meninggalkan pasar saham Indonesia, dengan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp274 miliar. Sektor-sektor yang mengalami penurunan terbesar termasuk sektor kesehatan, bahan baku, dan properti, sementara hanya sektor teknologi yang mencatatkan kenaikan 1,9%.

Sentimen Global Menekan Rupiah dan SBN

Sentimen eksternal, khususnya kebijakan ekonomi Amerika Serikat, turut berperan dalam pelemahan rupiah. Dolar AS menguat, dengan rupiah melemah 0,83% pada posisi Rp16.430 per dolar AS, yang merupakan level terendah sejak Juni 2024. Pengumuman terbaru dari Presiden AS, Donald Trump, mengenai penerapan tarif baru terhadap barang-barang impor dari Kanada, Meksiko, dan China menambah ketidakpastian di pasar global.

Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan harga akibat kenaikan imbal hasil tenor 10 tahun yang mencapai 7,063%, yang mencerminkan tren penurunan harga obligasi seiring dengan tingginya yield.

Perang Dagang Memanas: Trump Terapkan Tarif Baru

Ketegangan perang dagang antara AS dan beberapa negara mitra dagangnya semakin memanas, seiring dengan pengumuman Trump yang akan menaikkan tarif impor atas barang-barang dari Kanada, Meksiko, dan China. Kebijakan ini dipandang sebagai upaya untuk melindungi industri dalam negeri AS, meskipun banyak ekonom khawatir bahwa langkah ini bisa memicu inflasi global. Dalam pernyataan terpisah, Presiden Meksiko dan Perdana Menteri Kanada menjelaskan langkah mereka untuk merespons tarif tersebut, dengan ancaman balasan yang mencerminkan ketegangan yang ada.

Deflasi Indonesia Tercatat Terendah Sejak 1999

Di tengah situasi ketidakpastian pasar, Indonesia mencatatkan kabar baik dari sisi ekonomi dengan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai deflasi sebesar 0,76% pada Januari 2025. Ini adalah deflasi pertama di awal tahun ini dan merupakan yang terendah sejak 1999. Penurunan harga perumahan dan tarif listrik menjadi faktor utama penyumbang deflasi, memberikan sinyal positif bagi daya beli masyarakat. Namun, inflasi inti yang lebih tinggi menjadi perhatian, meskipun secara umum kondisi inflasi masih berada dalam batas yang wajar.

Manufaktur Indonesia Tumbuh Pesat: PMI Melonjak

Pada sisi lain, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada Januari 2025 tercatat di angka 51,9, yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2024. PMI ini menunjukkan sektor manufaktur Indonesia kembali ke jalur ekspansif, seiring dengan adanya peningkatan kegiatan perekrutan tenaga kerja dan kegiatan produksi yang menggembirakan. Hal ini semakin menegaskan pemulihan ekonomi domestik yang solid, di tengah tantangan global yang dihadapi Indonesia.

Harapan Meski Ketegangan Perdagangan Meningkat

Dengan semakin intensnya percakapan antara pemimpin AS, Meksiko, dan Kanada, ada secercah harapan bahwa ketegangan perdagangan global mungkin akan mereda. Dalam beberapa hari mendatang, pasar akan mencermati hasil negosiasi lebih lanjut, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dan memberikan harapan untuk pemulihan pasar keuangan, baik domestik maupun global.

Pasar keuangan Indonesia pada hari ini (04/02/2025) diprediksi akan tetap bergerak volatil, dengan pengaruh sentimen dari dalam dan luar negeri yang saling berinteraksi, memberikan dampak signifikan terhadap IHSG, nilai tukar rupiah, dan imbal hasil SBN.

Also Read

Tags

Leave a Comment