Polemik Jas Almamater UIN Bandung 2024: Kualitas dan Transparansi dalam Sorotan

Yono

Permasalahan terkait jas almamater mahasiswa angkatan 2024 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung belum menemukan solusi yang memuaskan. Polemik ini muncul akibat berbagai keluhan mengenai kualitas jas yang dianggap tidak sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kualitas Jas Almamater Jadi Sorotan

Jas almamater yang diterima oleh mahasiswa angkatan 2024 UIN Bandung dikritik karena memiliki bahan yang lebih tipis dibandingkan edisi sebelumnya, kancing yang mudah lepas, serta waktu distribusi yang terlambat. Selain itu, proses pembagian yang dianggap kurang transparan dan respons dari pihak kampus yang dinilai tidak memadai semakin memicu kekecewaan di kalangan mahasiswa.

Dewan Mahasiswa Ungkapkan Kekecewaan

Dewan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (DEMA FDK) UIN Bandung menyatakan keprihatinannya terhadap respons rektorat terkait permasalahan ini. Dalam keterangan resminya yang diterima Ayobandung.com pada Jumat, 21 Februari 2025, DEMA FDK menyampaikan:

“DEMA FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung menyampaikan keprihatinan terhadap respon rektorat dalam menanggapi permasalahan jas almamater yang dirasakan oleh Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 2024.”

Selain itu, DEMA FDK juga menuntut pergantian seluruh jas almamater bagi mahasiswa angkatan 2024 agar sesuai dengan harapan dan aspirasi mahasiswa. Mereka juga meminta adanya transparansi dalam hubungan antara pihak universitas dan vendor pembuat jas, serta komunikasi yang jelas antara rektorat dan mahasiswa.

Pergantian Vendor Memicu Pertanyaan

Dalam upaya mencari penyelesaian, telah dilakukan dua kali audiensi. Pada audiensi pertama, pihak kemahasiswaan menjelaskan bahwa vendor pembuat jas tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya dan dipilih melalui proses lelang. Pergantian vendor ini menimbulkan pertanyaan, terutama karena vendor sebelumnya dinilai mampu memberikan kualitas jas yang lebih baik.

Pernyataan Wakil Rektor III

Pada audiensi kedua, yang didukung oleh Presiden Mahasiswa dan LPM Suaka, Wakil Rektor III Prof. Dr. H. Husnul Qadim, S.Ag., M.A., CRCE, menyatakan:

“Kami tidak bisa mengganti almamater secara keseluruhan, karena itu akan merugikan pihak kampus.”

Pernyataan tersebut memunculkan anggapan bahwa masalah ini belum menjadi prioritas utama bagi pihak kampus.

Mahasiswa Terus Cari Solusi

Meski telah dilakukan beberapa kali audiensi, hingga kini permasalahan ini belum menemukan titik terang. Mahasiswa tetap bersikeras memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan jas almamater yang layak dan transparansi dalam proses pengadaan.

Dengan semester genap yang akan dimulai pada Senin, 24 Februari 2025, mahasiswa berharap permasalahan ini segera diselesaikan agar tidak mengganggu proses perkuliahan.

Also Read

Tags

Leave a Comment