Tingkat Obesitas Sentral di RI Terus Melonjak, Ini Data Terbarunya

sahrul

Perbincangan hangat menyelimuti pernyataan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, yang menyindir bahwa ukuran jeans lebih dari 33 bisa menjadi sinyal tubuh ‘lebih cepat menghadap Allah’. Sindiran yang viral tersebut sesungguhnya merujuk pada lingkar perut yang melebar, atau yang dikenal sebagai obesitas sentral.

Obesitas sentral sendiri diartikan sebagai kondisi dimana lingkar pinggang pria melampaui 90 sentimeter, sementara pada wanita lebih dari 80 sentimeter. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, obesitas sentral merupakan salah satu dari lima faktor risiko utama yang menjadi pemicu tingginya beban penyakit tidak menular, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, hingga penyakit jantung.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dr. Siti Nadia Tarmizi, obesitas sentral tidak bisa diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang biasa menghitung tinggi dan berat badan secara keseluruhan. “Obesitas sentral melihat faktor risiko penumpukan lemak di perut, saat lemak sudah tidak bisa lagi tersimpan di bawah kulit, ia akan menempel di organ-organ dalam tubuh, termasuk hati hingga ginjal,” jelas dr. Nadia.

Fenomena lemak yang menumpuk ibarat endapan yang perlahan-lahan mengikis organ vital. “Misalnya, kalau perlemakan di hati, itu bisa menyebabkan sirosis,” tambahnya. Sirosis sendiri adalah kondisi kronis ketika jaringan hati yang sehat secara bertahap tergantikan oleh jaringan parut, menyebabkan kerusakan permanen dan menurunkan fungsi organ tersebut.

Data juga menunjukkan bahwa angka obesitas umum di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu satu dekade terakhir, dari 10 persen pada 2007, naik menjadi 14 persen di 2013, kemudian melonjak menjadi 21 persen di 2018, dan terakhir mencapai 23 persen pada 2023. Tren serupa juga terjadi pada obesitas sentral, yang bertumbuh dari 18,8 persen di tahun 2007 menjadi 36,8 persen pada 2023, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan (56 persen) dibanding pria (48 persen).

Namun demikian, dr. Nadia menegaskan bahwa angka ini hanya menggambarkan insiden atau kasus obesitas sentral, bukan fatalitas atau tingkat kematian yang lebih tinggi pada wanita. Menurutnya, pernyataan Menkes soal ukuran jeans dan kematian dini lebih merupakan analogi yang mudah dipahami oleh masyarakat.

“Itu untuk mempermudah saja, supaya apa? Sebenarnya kan kalau obesitas adalah penumpukan lemak, kalau kita terlalu berlebihan, lemaknya, ini tahulah pasti berarti risiko untuk stroke, ginjal itu juga jauh lebih besar,” pungkasnya.

Seperti bayang-bayang yang mengintai, obesitas sentral bukan hanya persoalan estetika, melainkan ancaman serius bagi kesehatan organ vital. Oleh karena itu, kesadaran dan langkah pencegahan harus menjadi prioritas agar tubuh tidak menjadi lahan subur bagi penyakit berbahaya yang mengintai dari balik lingkar perut yang membesar.

Also Read

Tags

Leave a Comment