ota Bekasi kembali dilanda banjir besar yang menyebabkan ribuan warga terdampak. Menanggapi situasi ini, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono menyoroti perlunya upaya berkelanjutan untuk mengatasi bencana tersebut, termasuk peningkatan kembali kawasan hijau serta penerapan teknologi pengendalian cuaca.
“Perlu penghijauan kembali terutama di wilayah Bogor. BMKG juga dapat memodifikasi curah hujan sehingga curah hujan yang turun di kawasan pegunungan dapat dikurangi,” katanya dilansir Antara, Selasa (4/3/2025).
Tri menegaskan bahwa menghadapi banjir tidak cukup hanya dengan tindakan darurat semata. Dibutuhkan langkah-langkah jangka panjang seperti rehabilitasi ekosistem hulu, pengelolaan pola curah hujan, serta peningkatan kualitas infrastruktur untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
Penghijauan dan Modifikasi Cuaca Jadi Kunci
Menurutnya, keberadaan kawasan hijau di daerah hulu, terutama di Bogor, memiliki peran krusial dalam menekan laju air yang mengalir ke Kota Bekasi. Vegetasi yang cukup di pegunungan mampu berfungsi sebagai penyaring alami dan penahan air hujan sebelum mencapai wilayah hilir.
Sementara itu, metode modifikasi cuaca yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diharapkan dapat mengurangi intensitas hujan di daerah dataran tinggi. Langkah ini dinilai mampu mengendalikan volume air yang berpotensi memperparah genangan di wilayah hilir.
Selain upaya tersebut, lanjutnya, optimalisasi infrastruktur menjadi prioritas utama. Perbaikan tanggul, peningkatan kapasitas drainase, serta pengelolaan aliran sungai yang lebih baik diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak banjir.
Ribuan Warga Terdampak, Evakuasi Masih Berjalan
Saat ini, sekitar 4.000 hingga 5.000 warga Kota Bekasi harus menghadapi dampak banjir yang merendam rumah mereka. Pemerintah setempat telah bergerak cepat dengan melakukan evakuasi serta menyalurkan bantuan logistik bagi para pengungsi.
“Hari ini bantuan logistik untuk warga terdampak mulai masuk sekitar pukul 13.00 WIB tadi. Bantuan tersebut disediakan oleh Kementerian Sosial dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” katanya.
Meski demikian, proses evakuasi tidak berjalan tanpa hambatan. Beberapa warga masih enggan meninggalkan tempat tinggal mereka dengan harapan air segera surut. Selain itu, terbatasnya jumlah perahu karet menjadi tantangan tersendiri dalam upaya penyelamatan.
“Ada warga yang belum berkenan keluar dari rumah karena berharap air segera surut. Selain itu, fasilitas perahu yang terbatas juga menjadi kendala. Di beberapa lokasi, arus cukup deras, sehingga perahu karet yang dioperasikan harus dilengkapi mesin pompa,” ucapnya.
Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut mengirimkan bantuan logistik serta tenaga untuk membantu penanganan banjir. Koordinasi terus dilakukan agar upaya penanggulangan dapat berjalan optimal.
Masyarakat diimbau tetap siaga dan mengikuti arahan petugas untuk menghindari potensi risiko lebih besar. Langkah mitigasi serta kesiapsiagaan menjadi kunci dalam menghadapi bencana yang berulang setiap tahunnya ini.