Tak banyak yang menyadari bahwa segelas minuman yang tampak menggoda di siang terik atau malam penuh penat, bisa menyimpan ancaman kesehatan serius. Di balik kesegaran dan kenikmatannya, sejumlah minuman ternyata dapat menjadi “gerbang diam-diam” bagi munculnya penyakit mematikan seperti kanker.
Kementerian Kesehatan RI menyebut bahwa kanker merupakan jenis penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel tubuh yang tak terkendali. Sel-sel ini tak hanya berkembang pesat, tapi juga mampu menyerang dan menyebar ke jaringan lain dalam tubuh tanpa terdeteksi sejak awal. Maka, penting bagi siapa pun untuk lebih cermat dan selektif dalam mengonsumsi apa pun—termasuk minuman harian.
Berikut ini lima jenis minuman yang perlu diwaspadai karena berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker:
1. Alkohol: Pelarian yang Menyimpan Ancaman
Bagi sebagian individu, mengonsumsi alkohol telah menjadi semacam pelampiasan dari kepenatan atau bahkan gaya hidup. Namun, dibalik sensasi relaksasi yang ditawarkan, alkohol sejatinya menyimpan risiko tinggi terhadap kanker.
“Minuman tersebut berkorelasi dengan kanker karena hati akan memecah alkohol menjadi asetaldehida, senyawa karsinogenik.”
— Healthline
Asetaldehida ini berperan dalam merusak materi genetik tubuh (DNA) dan memicu stres oksidatif, dua kondisi yang bisa melumpuhkan sistem kekebalan. Pada perempuan, zat ini juga mampu memengaruhi hormon estrogen, yang menurut studi, memiliki kaitan erat dengan kanker payudara.
2. Soda: Manis di Lidah, Bahaya di Tubuh
Minuman bersoda memang sering jadi pilihan untuk mengusir dahaga. Namun, di balik gelembung karbonasinya, tersimpan senyawa berisiko tinggi terhadap kanker.
“Minuman bersoda bisa memicu kanker karena mengandung 4-MeI, pewarna karamel dalam soda berwarna gelap yang terbukti menyebabkan atau meningkatkan risiko kanker.”
— UT Southwestern Medical Center
Senyawa 4-MeI (4-Methylimidazole) tersebut digunakan sebagai pewarna, terutama dalam minuman berwarna gelap. Keberadaannya yang sudah dikaitkan dengan kanker membuat konsumsi soda sebaiknya dibatasi.
3. Jus Buah Murni: Sehat yang Menyesatkan
Banyak orang percaya bahwa jus buah murni—apalagi yang tanpa tambahan gula—adalah minuman sehat. Tapi ternyata, konsumsi rutin jus semacam ini juga bisa membawa risiko tersembunyi.
“Konsumsi minuman ringan manis, termasuk jus yang mengandung 100 persen buah, berkaitan secara signifikan dengan risiko kanker secara keseluruhan.”
— Peneliti Universitas Sorbonne Paris Cite dalam The BMJ
Penelitian ini melibatkan lebih dari 100.000 peserta dan menunjukkan bahwa meski berasal dari buah asli, kandungan gula alami dalam jus tetap berisiko ketika dikonsumsi dalam jumlah besar.
4. Minuman Panas: Kenikmatan yang Membakar
Minum teh atau kopi panas saat udara dingin memang terasa menenangkan. Namun, jika disajikan terlalu panas, minuman ini bisa merusak jaringan di dalam tenggorokan.
“Kanker esofagus dapat terjadi karena minuman panas yang diseruput akan melukai tenggorokan lalu menimbulkan sensasi terbakar.”
— Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencatat bahwa ratusan ribu kematian akibat kanker setiap tahun berpotensi dikaitkan dengan konsumsi minuman bersuhu tinggi, khususnya di atas 65°C. Seolah-olah meneguk bara, minuman panas bisa meninggalkan luka mikroskopis yang sulit sembuh sempurna.
5. Minuman dengan Pemanis Tambahan: Manis yang Menjerat
Minuman kemasan yang mengandung gula tambahan atau pemanis buatan tak hanya meningkatkan kalori, tetapi juga bisa memperbesar peluang terkena kanker.
“Minuman dengan pemanis tambahan menyebabkan berat badan bertambah dan obesitas sehingga meningkatkan risiko kanker.”
— The University of Texas MD Anderson Cancer Center
Ahli diet klinis, Alyssa Tatum, menyarankan untuk bijak dalam mengonsumsi gula dari minuman agar tidak memicu obesitas—kondisi yang sudah lama diketahui berkaitan erat dengan berbagai jenis kanker.
Penutup
Kesadaran akan apa yang kita konsumsi harus terus ditingkatkan. Meskipun banyak dari minuman ini tampak biasa dan bahkan sering dianggap sehat, memahami risiko tersembunyi di baliknya bisa menjadi langkah awal untuk menjaga kesehatan dalam jangka panjang. Ingatlah, pencegahan selalu lebih bijak daripada pengobatan.