Waspadai! Ini Gejala Gangguan Jantung Anak yang Sering Diabaikan

sahrul

Jantung, yang menjadi pusat kendali aliran darah layaknya pompa utama dalam sistem tubuh, memainkan peran penting dalam mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan. Namun, pada anak-anak dengan kondisi jantung yang tidak berkembang secara normal—baik sejak lahir maupun akibat faktor lainnya—fungsi penting ini bisa terganggu.

Sering kali, gangguan pada organ vital ini memberikan sinyal-sinyal tertentu. Sayangnya, banyak orang tua tidak cukup peka untuk menangkap isyarat yang muncul, sehingga proses penanganan pun tertunda. Situasi ini ibarat alarm yang dibungkam—bahayanya tetap ada, hanya saja tak terdengar.

Spesialis di bidang bedah toraks, kardiak, dan pembuluh darah dari Siloam Hospital Lippo Village, dr Budi Rahmat, SpBTKV, SubspJPK(K), menyebutkan bahwa ada ciri-ciri khas yang bisa menjadi indikator awal adanya masalah pada jantung anak.

“Ada dua kategori kelainan jantung bawaan, biru dan tidak biru. Kalau yang tidak biru, umumnya dia (anak) cepat lelah, berat badan susah naiknya, sering batuk pilek padahal aktivitas sudah dibatasi, tapi seminggu atau dua minggu sekali ada aja,” kata dr Budi saat media gathering di Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (28/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa klasifikasi kelainan jantung dibagi menjadi dua kelompok, yakni tipe “biru” dan “tidak biru”. Kondisi “tidak biru” ditandai oleh anak yang mudah merasa letih bahkan setelah aktivitas ringan, pertumbuhan fisik yang tidak optimal, serta rentan terhadap infeksi saluran pernapasan atas meskipun aktivitas fisiknya dibatasi.

“Kedua, kelainan jantung yang biru. Orang-orang umumnya wajahnya merah atau pink, kalau kelainan jantung biru itu nampak birunya. Bukan biru lebam-lebam, terutama di bibir, ujung jari, sama di kelopak mata. Kadar oksigennya kalau diukur biasanya di bawah 95 persen,” lanjutnya.

Kondisi “biru” mengacu pada penurunan kadar oksigen dalam darah, yang menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kebiruan pada bagian tubuh tertentu seperti bibir, ujung jari, dan area sekitar mata. Warna biru ini bukan karena memar, melainkan refleksi dari oksigen yang tidak mencukupi—seperti langit yang kehilangan sinar mentari.

Menurut dr Budi, masalah jantung pada anak masih menjadi tantangan besar di Tanah Air. Angkanya pun tak sedikit.

“Kalau di Indonesia itu, ditotal-total seluruh rumah sakit kita baru bisa menangani itu sekitar 5.000 anak per tahun,” katanya.

Dari sekitar 45.000 kasus kelainan jantung pada anak setiap tahun di Indonesia, kapasitas penanganan medis nasional baru mampu mengakomodasi sekitar sepersembilan dari total kebutuhan. Angka ini menunjukkan betapa besar kesenjangan antara kebutuhan dan layanan yang tersedia.

Lebih lanjut, dr Budi menuturkan bahwa akar penyebab dari kelainan ini kerap berakar sejak dalam kandungan. Masa trimester pertama kehamilan menjadi fase yang paling menentukan.

“Yang paling bisa menggambarkannya adalah, karena pembentukan jantung ini di tiga bulan kehamilan pertama. Macam-macam tuh, kadang ibunya kecapekan, nutrisinya jadi kurang, atau ibu terpapar obat-obatan kosmetik, skincare, itu paling sering. Kita nggak tahu kan kadang skincare yang nggak lolos (izin edar BPOM),” kata dr Budi.

Ia menekankan pentingnya perhatian terhadap kesehatan ibu hamil, terutama di tiga bulan pertama, yang menjadi fase pembentukan organ vital janin. Paparan bahan kimia dari produk kosmetik tanpa izin, kelelahan berlebih, serta gizi yang tidak mencukupi bisa menjadi faktor risiko tersembunyi yang menghambat proses perkembangan jantung bayi.

Maka dari itu, jika orang tua melihat tanda-tanda tak biasa pada sang buah hati—seperti sering kelelahan, napas cepat, atau warna kebiruan di kulit—disarankan segera berkonsultasi ke tenaga medis. Pemeriksaan sejak dini tak hanya membantu mendiagnosis, tetapi juga membuka peluang untuk langkah penanganan yang lebih cepat dan tepat.

Also Read

Tags

Leave a Comment