Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengalami kontras diplomasi yang tajam dalam kunjungannya ke dua negara sekutu. Di Amerika Serikat, ia harus angkat kaki dari Gedung Putih setelah berselisih dengan Presiden Donald Trump. Namun, di Inggris, ia mendapat sambutan hangat dari Perdana Menteri Keir Starmer.
Ketegangan Memuncak di Gedung Putih
Berdasarkan laporan AFP, Sabtu (1/3), suasana panas menyelimuti pertemuan Zelensky dan Trump di Ruang Oval, Gedung Putih. Kunjungan Zelensky ke Washington ini sejatinya bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral dan membahas dukungan AS terhadap Ukraina di tengah agresi Rusia.
Namun, pertemuan tersebut berubah menjadi konfrontasi terbuka. Adu argumen antara kedua pemimpin terjadi di depan kamera media yang tengah menyorot, menjadikan pertikaian mereka tontonan global.
Trump, yang baru saja menggantikan Joe Biden sebagai Presiden AS, memiliki pendekatan yang berbeda terhadap kebijakan luar negeri. Berbeda dengan Biden yang secara terbuka mendukung Ukraina, Trump cenderung pragmatis dan memiliki hubungan baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Akibat perbedaan pandangan yang tajam ini, Zelensky akhirnya meninggalkan Gedung Putih tanpa mencapai kesepakatan konkret.
Insiden di Ruang Oval
Menurut laporan CNN, Minggu (2/3/2025), berbagai persiapan telah dilakukan agar pertemuan Zelensky dan Trump berlangsung lancar. Sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, bahkan memberikan masukan kepada Zelensky mengenai cara terbaik menghadapi Trump.
“Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang sempat bertemu dengan Zelensky sebelum kunjungannya ke Gedung Putih.
Meski telah diperingatkan untuk tetap fokus pada kesepakatan ekonomi, tensi pertemuan meningkat drastis ketika Wakil Presiden AS JD Vance menyampaikan pendapatnya tentang resolusi damai bagi Ukraina.
“Jalan menuju perdamaian dan jalan menuju kemakmuran mungkin melibatkan diplomasi,” ujar Vance, yang langsung mendapat respons emosional dari Zelensky.
“Diplomasi macam apa, JD, yang sedang kamu bicarakan? Apa, apa yang kamu miliki, apa yang kamu, apa maksudmu?” sergah Zelensky.
Sementara itu, Trump semakin kehilangan kesabaran dan dengan nada tinggi menegaskan bahwa Zelensky tidak memiliki posisi tawar yang kuat.
“Anda tidak memiliki kartu sekarang,” bentak Trump.
“Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” lanjutnya.
Perselisihan yang tak terbendung ini membuat pertemuan berakhir tanpa kesepakatan apa pun. Dengan demikian, Zelensky harus meninggalkan Gedung Putih dalam suasana yang jauh dari kata harmonis.
Hangatnya Sambutan di Inggris
Di sisi lain, sambutan yang sangat berbeda diterima Zelensky ketika ia menginjakkan kaki di Inggris. Perdana Menteri Keir Starmer memberikan jamuan hangat kepada pemimpin Ukraina itu di kediamannya di Downing Street.
Menurut AFP, Minggu (2/3/2025), pertemuan ini berlangsung sebagai bagian dari upaya Inggris dan sekutunya untuk memperkuat bantuan kepada Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia. Starmer menegaskan kembali komitmen Inggris terhadap keamanan Eropa dan perlindungan bagi Ukraina.
“Dalam kemitraan dengan sekutu kami, kami harus mengintensifkan persiapan kami untuk elemen jaminan keamanan Eropa di samping diskusi berkelanjutan dengan Amerika Serikat,” ujar Starmer.
Sebagai bentuk konkret dukungan tersebut, Inggris dan Ukraina menandatangani perjanjian pinjaman senilai GBP 2,26 miliar (setara Rp 47,2 triliun). Dana ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi senjata Ukraina guna menghadapi ancaman dari Rusia.
“Dana tersebut akan diarahkan untuk produksi senjata di Ukraina,” tulis Zelensky di akun media sosialnya.
“Ini adalah keadilan sejati, orang yang memulai perang harus menjadi orang yang membayar,” lanjutnya.
Konvoi Zelensky disambut hangat oleh masyarakat di sekitar Downing Street. Ia bahkan mendapat pelukan dari Starmer sebelum memasuki kantor Perdana Menteri Inggris tersebut.
“Anda sangat, sangat diterima di Downing Street,” ujar Starmer.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini,” balas Zelensky.
Selain bertemu dengan Starmer, Zelensky juga dijadwalkan untuk berbincang dengan Raja Charles III serta menghadiri pertemuan darurat di London bersama para pemimpin Eropa lainnya, termasuk Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Dinamika Politik yang Berubah
Kontrasnya perlakuan yang diterima Zelensky di Washington dan London menggambarkan perubahan dinamika politik global. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump tampaknya mengambil sikap lebih keras dan realistis terhadap Ukraina, sementara Inggris tetap menunjukkan solidaritas yang kuat terhadap negara yang tengah berperang itu.
Dengan posisi geopolitik yang terus bergeser, langkah-langkah diplomatik seperti ini akan sangat menentukan masa depan Ukraina dan keseimbangan kekuatan di Eropa. Bagaimana pergerakan politik dunia selanjutnya? Hanya waktu yang bisa menjawab.